SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA 1432H MOHON MAAF LAHIR & BATHIN

Nasehat

Jagalah IMAN selamanya

Tidak henti-hentinya kita bersyukur kepada Alloh SWT atas karunia yang telah dianugerahkan-Nya. Dialah Alloh yang telah memberikan kita modal software dan hardware untuk mengarungi kehidupan, mulai dari naluri atau insting,  akal dan pikiran, sampai diturunkannya Agama sebagai pedoman setiap manusia.
Bicara mengenai pedoman hidup berupa agama, Alloh berfirman dalam QS al-Maidah 3, “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu dan telah Ku-ridhoi islam itu jadi agama bagimu”.
Melalui firman ini, Alloh menekankan bahwasanya risalah agama dan diturunkannya kitab suci sudahlah usai, sehingga kita tidak memerlukan keyakinan lain di luar islam dan al-Quran. Keimanan terhadap kitab Jabur, Taurat, dan Injil hanyalah sebatas lidah dan hati, tidak perlu dengan amal keseharian. Rosululloh pernah berkata, andaikata Musa hidup saat al-Quran diturunkan, maka dia akan mengatakan, tidak ada kewajiban selain tunduk kepada al-Quran. Kita tidak memerlukan nabi siapapun dan apapun setelah nabi Muhamad. Andaikata kita meyakini masih ada kerasulan, maka itu merupakan pembangkangan terhadap al-Quran dan nabi.
Melalui firman ini, Alloh menekankan juga bahwa ajaran islam sudahlah final. Sehingga menjadi kewajiban kita saat ini untuk menjaga dan mengamalkannya dengan penuh ketulusan.
Dalam perjalanan mengawal ajaran islam yang luhur ini, tidaklah semudah diucapkan. Diperlukan kewaspadaan yang tinggi terhadap gangguan syetan, baik dari golongan jin maupun manusia.  Kita telah mengetahui, bahwa dalam sejarah kehidupan manusia, syetan telah membangkang kepada Alloh SWT. Dia berjanji akan merayu, membujuk dan membisikan manusia agar berpindah ke selain kiblat dan falsafah islam.
Dalam QS Al araf 16-17, diterangkan, “Iblis menjawab, “karena engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus.  Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (ta’at).
Merujuk ayat ini, kita harus waspada bahwasanya iman yang lurus akan selalu dibelokkan oleh godaan syetan. Diperlukan ketahanan untuk menyelamatkan diri, keluarga serta anak dari gangguan tidak bertanggung jawab ini, karena kita tidak mengerti apa yang akan terjadi dengan anak cucu kita.
Untuk itulah, perlu komitmen yang istiqomah dalam beragama. Perlu iman yang baik dan benar sebagai fondasi strategis dalam mengarungi kehidupan. Iman yang menghadirkan rasa pengawasan dan takut kepada Alloh, dan rasa tidak aman terhadap siksanya. Iman yang disertai ilmu yang mantap. Sehingga melahirkan amaliyah yang sesuai tuntutan Alloh dan rosul-Nya. Para Sahabat bertanya kepada rosul, berikan aku tips sehingga tidak membutuhkan pedoman-pedoman lain, rosul menjawab, katakan iman kepada Alloh kemudian istiqomah.
Bagi mereka yang sukses memegang teguh keimanannya sampai hayat menjemputnya, malaikat akan turun menemuinya. Melaikat menyampaikan kabar, wahai hamba Alloh yang baik, tidak perlu takut, dan jangan sedih meninggalkan dunia. Bergembiralah dengan surga.
Beristiqomahlah dengan mantap. Janganlah meniru pemikiran atau paham tertentu yang menyimpang. Rosul pernah mengingatkan, Inginkah aku sampaikan orang yang rugi di dunia?. Amalannya sia-sia, sementara ia menganggap dirinya sudah baik?. Mereka adalah orang yang kufur, orang yang riya dan orang yang menyimpang. Mereka akan menjadi salah satu korban iblis, dan akan menyesal saat iblis yang mengganggunya melepas diri di hadapan Alloh di akhirat kelak.
Untuk itulah, jaga dan kawallah aqidah kita. Hidup kita sebentar. Umur kita singkat. Janganlah bermain-main dengan aqidah. Memohon dan berharaplah kepada Alloh, agar sisa hidup kita selalu ada dalam bimbingan dan tuntunan-Nya.
“Dikutip dari Khutbah Jum’at, 23 April 2011, Mesjid Darussalam Kota Wisata, Narasumber: DR Aminullah”
 www.nasehatislam.com
>>> Rumah Senyum Indonesia 

Jangan Takut Hadapi Mati

Saat bicara kematian, biasanya, merupakan topik yang kurang disenangi dan diminati bagi sebagian orang. Kenapa? Karena, pada dasarnya, naluri manusia menginginkan hidup lama, bahkan kalau bisa hidup seribu tahun lamanya. Alloh SWT menyatakan dalam QS Al-Baqoroh 96, bahwasanya ada segolongan manusia yang ingin hidup seribu tahun lamanya.
 “…masing-masing mereka ingin diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu tidak akan menjauhkan mereka dari azab. Dan Alloh maha melihat apa yang mereka kerjakan
Naluri ingin hidup lama, tidak hanya ada pada kita sekarang, namun sejak nabi Adam sekalipun. Ia ingin menetap di surga selama-lamanya. Sehingga dengannya, nabi Adam berhasil digoda tipu daya syetan. Melalui pintu ingin hidup panjang, syetan membisikan nabi Adam, agar melanggar larangan Alloh memakan buah khuldi. Sebagaimana tercantum dalam QS Thoha 120.
“Kemudian syetan membisikkan (pikiran jahat) kepadanya dengan berkata,”wahai adam! Maukah aku tunjukkan kepadamu pohon keabadian (khuldi) dan kerajaan yang tidak akan binasa?”
Banyak faktor yang menyebabkan orang takut atau cemas saat bicara kematian, merujuk pendapat DR. Quraisy Syihab, faktor tersebut adalah sebagai berikut: 1) Tidak mengetahui apa yang akan dihadapi setelah kematian 2) Menduga bahwa apa yang dimiliki sekarang jauh lebih baik dengan apa yang dimiliki nanti 3) Membayangkan betapa sulitnya pengalaman mati 4) Khawatir memikirkan terhadap keluarga yang ditinggalkan, dan  5) Tidak mengetahui makna kehidupan dan kematian.
Jika manusia cemas menghadapi kematian karena membayangkan sulitnya pengalaman mati, sebenarnya tidak pada tempatnya. Memang dalam al-Quran dan Hadits disebutkan bahwa ada kematian yang sangat menyakitkan, namun perlu diingat juga, ada kematian yang sangat indah dan menyenangkan. Dalam QS Annazi’at 1-2, Alloh SWT berfirman,
Demi (malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras.
Demi (malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah lembut.
Dalam kedua ayat ini, Alloh menggambarkan dua karakteristik manusia saat dicabut nyawanya, yakni dicabut dengan keras dan dicabut dengan lemah lembut. Dicabut nyawa dengan keras merupakan pengalaman kematian yang menyakitkan. Untuk kondisi ini, rosul mengumpamakan seperti duri yang ada dikapas, lalu duri tersebut ditarik dengan cepat sehingga kapas-kapas terbawa karena kerasnya tarikan. Ini, menjelaskan nyawa dicabut dari badan dengan cepat, keras, paksa dan menyakitkan.
Sementara itu, kondisi dicabut nyawa dengan lemah lembut, adalah proses kematian secara perlahan-lahan. Untuk kasus ini, diibaratkan seseorang yang ngantuk, lalu rebahan, lalu hilang kesadaran sampai ia tertidur lelap dan indah.
Faktor utama yang menentukan apakah manusia mengalami kondisi pertama atau kedua, tidak lain adalah keimanan dan amal sholeh. Saat manusia berlaku jahat, dosa dan maksiat bisa jadi ia akan merasakan kematian yang sakit, dipaksa dan cepat. Sementara bagi orang yang beriman dan beramal sholeh, kematian sebagai hal yang lezat dan indah
Dalam haditnya nabi bersabda, seorang beriman, saat menjelang kematian akan didatangi malaikat yang menyampaikan berita atau visualisasi tempat tinggal dan fasilitas apa yang akan dihadapi nanti. Bisa jadi istana atau bidadari. Maka tidak ada yang paling disenanginya, kecuali segera bertemu dan dicabut nyawanya.Sementara orang kafir, saat mati menjelang ia akan meraskana ketakutan untuk bertemu dengan tuhannya.
Jadi, bagi kita orang yang beriman, janganlah terlalu cemas mengadapi kematian. Yang paling utama adalah melakukan usaha terbaik mengumpulkan bekal menghadapi kematian. Kita siap kapan dan mana pun kematian menjemput. Jadikan kematian sebagai media untuk menumbuhkan semangat pengabdian kepada Alloh, dengannya kita tidak santai-santai untuk beribadah kepada Alloh.
Jadikan dunia sebagai sarana menuju kehidupam akhirat yang sempurna.  Sebagaimana Alloh SWT berfirman dalam Attaubah 38.
“…Apakah kamu lebih menyenangi kehidupan di dunia daripada kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit.”
Dan terakhir jadikanlah kematian sebagai proses kelahiran kedua. Kematian merupakan proses evolusi menuju kesempurnaan hidup yang hikiki. Perpindahan dari satu negeri ke negeri lain sampai kita menetap di sana selama-lamanya.
“Dikutip dari Pengajian Malam Ahad, Mesjid Darussalam Kota Wisata, Bogor, 23 April 2011″
 www.nasehatislam.com
>>> Rumah Senyum Indonesia

The Seven Powers

eagleSebagaimana Stephen Covey memperkenalkan teori  7 habits dan sekarang sudah menjadi 8 habits, sebenarnya kita bisa menggali nilai-nilai islam secara mendalam untuk menjadi sebuah kekuatan yang luar biasa. Kekuatan ini haruslah menjadi kesatuan dalam hidup baik untuk diri sendiri, keluarga, dan organisasi.
Setidaknya ada 7 powers (kekuatan) yang akan diterangkan dalam artikel ini, yaitu sebagai berikut:
1. Quwwatul Aqidah (Kekuatan Aqidah)
Aqidah merupakan sumber energi. Dakwah yang pertama kali dilakukannya oleh nabi Muhammad saw adalah pembinaan aqidah. Nabi belum mengajarkan sholat, zakat, dan ibadah lainnya sebelum memperkuat fondasi aqidah terlebih dahulu. Kenapa harus di sebut sebagai quwwatul atau kekuatan? jawabannya karena aqidah pada kenyataannya bersifat floating atau turun naik, sehingga kita memerlukan kekuatan yang sangat kokoh seperti halnya Bilal bin Rabah. Bilal mengalami siksaan  yang sangat berat, namun ia tidak merelakan keimanannya terhadap kafir quraisy karena telah memiliki aqidah yang sangat kokoh.
Nabi berkata, “Orang tidak akan mencuri, kalau pada saat mencuri ada iman”. Artinya kalau aqidah sudah tertanam dengan kuat, meskipun ada peluang mencuri seseorang tidak akan jadi mencuri. Lebih jauh lagi, aqidah yang baik akan menghasilkan sikap positif lainnya misalnya amanah, jujur, ramah, dan lain sebagainya. Prinsip aqidah, segala perbuatan yang dilakukan bukan hanya bertanggungjawab pada manusia tapi juga kepada Alloh swt.
2. Quwwatul Ilmu (Kekuatan Ilmu)
Kalau kita ingin maju baik dalam usaha, karir, ataupun hal lainnya, maka mau tak mau harus dengan ilmu. Nabi bersabda, “Barang siapa yang menghendaki dunia dengan baik maka harus dengan ilmu, dan barang siapa yang menghendaki akhirat dengan baik maka harus pula dengan ilmu”.
Kalau saat ini umat islam bangga dengan jumlah atau populasinya itu sah-sah saja, namun kalau bicara mengenai quwwatul ilmu, kita harus jujur bahwa umat islam masih kalah dibandingkan dengan non muslim. Saudi Arabia yang dilimpahi kekayaan minyak yang luar biasa, teknologi pengelolaan minyaknya masih dikuasai Amerika, begitu pula arsitektur mesjid Medinah ditangani oleh orang Prancis.
3. Quwwatul Ibadah (Kekuatan Ibadah)
Sebagai seorang muslim kita sepakat, bahwa tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada Alloh swt. Ibadah memiliki dimensi yang sangat luas, salah satu kriterianya adalah sebuah kegiatan yang kalau dilakukan akan memberikan manfaat bagi diri dan orang lain, perbuatannya sesuai aturan, dan diikat dengan hati yang ikhlas mengharap ridlo Alloh swt.
4. Quwwatul Akhlaq (Kekuatan Akhlaq)
Kaum kafir quraisy yang belum islam (kafir) bahkan memusuhi islam, akhirnya tertarik masuk islam karena keluhuran akhlaq nabi muhammad saw dalam berdakwah. Nabi tidak pernah berbohong, berkhianat dan sikap buruk lainnya. Pada hakikatnya, misi utama nabi muhammad adalah untuk menyempurnakan akhlaq umat manusia.
Contoh sederhana akhlaq mulia ialah menempati janji, berkata tidak dusta, berkata menyenangkan orang lain walaupun dalam mengajak kebaikan dan melarang kemunkaran. Islam sesungguhnya amatlah cantik, indah dan sesuai fitrah manusia seandainya diimplementasikan secara menyeluruh.
5. Quwwatul Istishod (Kekuatan Ekonomi)
Mengembangkan dakwah haruslah ditopang oleh perekonomian yang kuat. Karena bagaimanapun juga setiap aktivitas dakwah memerlukan sarana atau sumber dana. Umat islam dituntut memiliki kekuatan ekonomi, kalaupun harus belajar ke china maka lakukanlah. Sebagaimana sabda nabi, “Carilah ilmu, walaupun ke negeri China”
6. Quwwatus Siyasiyah (Kekuatan Politik atau Bernegara)
Berpolitik haruslah kuat, kewenangan-kewenangan dalam bernegara haruslah dipegang oleh orang islam yang memiliki akiqah yang bagus agar memberikan kontribusi positif terhadap islam. Contoh yang paling konkrit, kenapa mushola di mall letaknya di ground dengan fasilitas yang kurang memadai? Itu karena yang memiliki wewenang di mall bukanlah orang islam tapi orang non islam.
7. Quwwatul Ijtimaiyah (Kekuatan Berkelompok)
Perlu kekuatan berkelompok dalam hal sosial dan kemasyarakatan, sehingga bisa saling memperbaiki hubungan antar sesama muslim dan bahu membahu berjuang menjalankan dakwah islam misalnya memperbaiki fasilitas pendidikan, ketrampilan umat, dan lain sebagainya.
(Dikutip dari pengajian di cluster Paris Kota Wisata, 26 Juli 2009, Narasumber: H. Aseph Aonuddien)
 www.nasehatislam.com
>>> Rumah Senyum Indonesia  

Pemenang Dalam Diri

-->
Sore hari di tengah telaga, ada dua orang yang sedang memancing. Mereka adalah ayah dan anak yang sedang menghabiskan waktu mereka disana. Dengan perahu kecil, mereka sibuk mengatur pancing dan umpan.  Air telaga bergoyang perlahan dan membentuk riak-riak kecil di air. Gelombangnya mengalun menuju tepian, menyentuh sayap-sayap angsa yang sedang berjalan beriringan. Suasana begitu tenang, hingga terdengar sebuah percakapan.
“Ayah.”
“Hmm..ya..” Sang ayah menjawab pelan. Matanya tetap tertuju pada ujung kailnya yang terjulur.  “Tadi malam ini,aku bermimpi aneh.  Dalam mimpiku, ada dua ekor singa yang sedang berkelahi. Gigi-gigi mereka, terlihat runcing dan tajam. Keduanya sibuk  mencakar dan menggeram, saling ingin menerkam. Mereka tampak ingin saling menjatuhkan.” ucap sang anak.

Anak muda ini terdiam sesaat. Lalu, mulai melanjutkan cerita, “singa yang pertama, terlihat baik dan tenang. Geraknya perlahan namun pasti. Badannya pun kokoh dan bulunya teratur. Walaupun suaranya keras, tapi terdengar menenangkan buatku.”
Ayah mulai menolehkan kepala, dan meletakkan pancingnya di pinggir haluan.”Tapi, singa yang satu lagi tampak menakutkan buatku. Geraknya tak beraturan, sibuk menerjang kesana-kemari. Punggungnya pun kotor, dan bulu yang koyak. Suaranya parau dan menyakitkan.”
“Aku bingung, maksud dari mimpi ini apa?. Lalu, singa yang mana yang akan memenangkan pertarungan itu, karena sepertinya mereka sama-sama kuat?”
Melihat anaknya yang baru beranjak dewasa itu bingung, sang Ayah mulai angkat bicara. Dipegangnya punggung pemuda di depannya. Sambil tersenyum, ayah berkata, “pemenangnya adalah, yang paling sering kamu beri makan.”
Ayah kembali tersenyum, dan mengambil pancingnya. Lalu, dengan satu hentakan kuat, di lontarkannya ujung kail itu ke tengah telaga. Tercipta kembali pusaran-pusaran air yang tampak membesar. Gelombang riak itu kembali menerpa sayap-sayap angsa putih di tepian telaga.
=========
Sahabat Resensi,  setiap diri kita memiliki “singa” saling bertolak belakang. Masing-masing ingin menjadi pemenang, dengan menjatuhkan salah satunya. Singa-singa itu adalah gambaran dari sifat yang kita miliki. Kebaikan dan keburukan. Dua sifat ini sama-sama memiliki peluang untuk menjadi pemenang dan kita pun dapat mengambil sikap untuk memenangkan salah satunya. Semua tergantung dengan singa mana yang sering kita beri makan.
Salah satu santapan dari singa yang buruk adalah sinetron. Sinetron memiliki naskah yang  dangkal, emosional berlebihan, pendidik yang baik dalam hal kekerasan, kelicikan, alur cerita yang dipanjang-panjangkan, yang makin hari makin tidak berkualitas. Sinetron yang baik bisa dihitung dengan jari.
Belum lagi, kita juga disuguhkan oleh tayangan gosip, yang membuka-buka aib orang lain. Juga tayangan yang mempertontonkan keburukan dan kekerasan.
Ingat, keburukan yang koar-koarkan akan menghasilkan keburukan yang serupa.
Sahabat,
“Katakanlah, “Aku berlindung kepada Rabb (Tuhan yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Ilaah (sembahan) manusia, dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.”
Al Qur’an Surat An-Nas.
Setiap dari kita merindukan tayangan yang berkualitas, yang menengok pribadi-pribadi yang tangguh dalam berjuang tuk mencapai prestasi. Tayangan yang santun, tayangan yang mengajak untuk  lebih dekat dengan Tuhannya.
Apa yang kita baca dan apa yang kita lihat, adalah makanan bagi pikiran kita. Apa yang terpikirkan, itulah yang akan tersikap.
www.resensi.net
>>> Rumah Senyum Indonesia 

Puisi Orang Gagal

-->
gagalAku takut orang lain akan menghina diriku, jika aku menjadi diri sendiri.
Aku takut orang lain akan mentertawakanku, jika aku berani tampil beda.
Aku takut orang lain akan menganggapku gila, jika aku berani mencoba hal-hal baru.
Aku takut orang lain akan mengucilkanku, jika aku tidak sesuai dengan pandangan mereka.
Aku takut orang lain akan mengejekku, jika aku gunakan caraku sendiri.
Aku takut orang lain akan menganggapku orang aneh, jika aku melakukan sesuatu yang berbeda dari cara orang kebanyakan.
Aku takut..
Aku takut…
Aku takut….
Aku takut dunia akan melemparkanku ke jurang kesepian jika aku berusaha untuk menjadi apa adanya diriku…..
Aku sangat takut…..
Makanya lebih baik aku menjadi seperti orang kebanyakan yang hanya mengharapkan upah standar dan hidup gak neko-neko.
Gak perlu ngambil resiko untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Gak perlu repot-repot punya impian karena impian itu hanya untuk orang yang tidak waras.
Gak perlu susah menjalani kerasnya perjuangan mewujudkan mimpi.
Gak perlu kelaparan makan sehari sekali demi ngumpulin modal.
Gak perlu ngrasain pahitnya dihina karena punya impian tinggi yang orang lain gak bakalan ngerti.
Gak perlu kurang tidur lembur tiap hari demi cita-cita yang tinggi.
Gak perlu ini, gak perlu itu….
Simple aja lah, nikmati kehidupan standar, penghasilan standar, nasib standar…..
Siapa tau besok pasang togel bisa meledak dapat milyaran.
Siapa tau………
Mendingan nonton sinetron sambil tiduran, nikmat………..
Oleh  “Kesatria Pemikir”
Kumpulan Motivational Quotes: http://hubpages.com/hub/words-of-wisdom-inspirational-thoughts

Google Translate
Arabic Korean Japanese Chinese Simplified Russian Portuguese
English French German Spain Italian Dutch